Laman

Selasa, 27 September 2016

PENGARUH PENGHASILAN GURU TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI


BAB I
PENDAHULUAN

 

1.1.  Latar Belakang Penelitian

Faktor penting yang mempengaruhi kualitas pendidikan adalah ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan. Sampai tahun 2009/2010 terdapat sekitar 2,8 juta guru dari jenjang pendidikan pra-sekolah hingga menengah, baik pada sekolah negeri maupun swasta. Namun jumlah tersebut belum memadai, karena itu masih diperlukan sekitar 800 ribu guru. Masalah lainnya adalah masih terdapatnya kesenjangan guru dilihat dari keahliannya. Guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang keahliannya masih banyak terjadi terutama pada jenjang sekolah menengah swasta dan Madrasah Aliyah. Kaitannya dengan kelayakan mengajar guru, data Balitbang (2009) menyebutkan persentase guru yang tidak layak mengajar masih cukup tinggi, terutama pada jenjang SD yaitu sekitar  609.217 orang (49,3%) baik pada sekolah negeri maupun swasta.
Terkait dengan efisiensi manajemen pendidikan, telah dilakukan rintisan pengembangan dalam bentuk model desentralisasi pengelolaan pendidikan yang mengarah pada otonomi daerah dalam pengelolaan pendidikan dan kemandirian sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam upaya meningkatkan kinerja pendidikan nasional, telah dilakukan upaya reformasi secara menyeluruh melalui kebijakan desentralisasi dan otonomi pendidikan. Pendidikan yang semula menjadi kewenangan pemerintah pusat kemudian dialihkan menjadi kewenangan pemerintah daerah. Pengelolaan pendidikan yang menjadi wewenang pemerintah daerah ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas manajemen pendidikan, sehingga diharapkan dapat memperbaiki kinerja pendidikan nasional.
Persoalan pendidikan sebagaimana diuraikan tersebut, dirasakan hampir oleh setiap daerah (kabupaten/kota) termasuk Kota Banjar. Kualitas pendidikan memiliki ketergantungan terhadap banyak faktor misalnya guru, kurikulum, sarana-prasarana, biaya, sistem pengelolaan, iklim kerja, dan siswa sendiri sebagai peserta didik. Di antara sekian banyak faktor, guru dinilai mempunyai peran kunci dalam pencapaian kualitas pendidikan.
Pentingnya pendidikan jasmani dalam pola pendidikan di Indonesia telah dirumuskan oleh pemerintah berupa Undang-undang No. 20 tahun 2003. Khusus mengenai kurikulum pendidikan dasar dan menengah telah dirumuskan pada pasal 42 yang wajib memuat mata-mata pelajaran sebagai berikut. (1) pendidikan agama, (2) pendidikan kewarganegaraan, (3) bahasa, (4) matematika, (5) ilmu pengetahuan alam, (6) ilmu pengetahuan sosial, (7) seni dan budaya, (8) pendidikan jasmani dan Penjas, (9) keterampilan/kejuruan, dan (10) muatan lokal. Ditetapkannya pendidikan jasmani dan Penjas sebagai mata pelajaran yang wajib diberikan di sekolah telah membuktikan pentingnya pendidikan jasmani dan Penjas diajarkan mulai tingkat SD hingga SLTA. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan jasmani dan Penjas telah menjadi bagian integral dari keseluruhan pendidikan. Sebagai bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang memiliki kedudukan strategis dalam pembangunan sumber-daya manusia. Hal ini juga dikemukakan oleh Rusli Lutan (1999:1), “Nyaring disuarakan upaya untuk kembali ke asal, pendidikan jasmani merupakan medium pendidikan seseorang yang bersifat menyeluruh.” Demikian pula halnya dengan pendidikan jasmani di SD yang menjadi bagian tak terpisahkan dari program pendidikan secara keseluruhan. Sebagai salah satu aspek pendidikan di SD, pendidikan jasmani bertujuan untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor melalui aktivitas jasmani. Tidak ada mata pelajaran lain yang tujuannya bersifat majemuk dan selengkap pendidikan jasmani.
Jadi, pembelajaran pendidikan jasmani dan Penjas bertujuan bukan saja perkembangan aspek fisik tetapi juga aspek mental, sosial dan moral. Sayangnya tujuan yang serba lengkap tidak sepenuhnya tercapai karena pelaksanaan pendidikan jasmani belum berjalan secara efektif di tingkat SD. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani masih ditangani oleh lulusan SGO. Seharusnya guru pendidikan jasmani si SD sudah berkualifikasi pendidikan jasmani berstrata S1 Pendidikan Jasmani PGSD. Dengan kemampuan yang meningkat diharapkan PBM akan lebih baik.
Kinerja guru Penjas dalam PBM menjadi salah satu bagian terpenting dalam mendukung terciptanya proses pendidikan secara efektif terutama dalam membangun sikap disiplin dan mutu hasil belajar siswa. Namun demikian, manakala guru gagal meminimalkan perilaku menyimpang yang diperbuat siswa, sering kali membuat guru putus semangat dan malas dalam mengajar. Hal ini tentunya harus dihindari oleh setiap guru. Bagi guru yang memiliki kinerja yang tinggi harus mampu menyusun tahapan belajar siswa untuk dapat belajar dengan menciptakan atmosfir belajar yang lebih kondusif dan positif.
Masalah guru merupakan topik yang tidak habis-habisnya dibahas dalam berbagai seminar, diskusi, dan lokakarya untuk mencari berbagai alternatif pemecahan terhadap berbagai persoalan yang dihadapi guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik di sekolah. Hal ini disebabkan karena guru, berdasarkan sejumlah hasil penelitian pendidikan, diyakini sebagai salah satu faktor dominan yang menentukan tingkat keberhasilan siswa. Terutama dalam melakukan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta internalisasi etika dan moral. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan apabila masyarakat memberikan apresiasi terhadap berbagai persoalan yang muncul dalam wilayah pendidikan.
Hal tersebut menjadi isu yang amat kritis dalam konteks pendidikan di Sekolah Dasar, yang dipandang sebagai cerminan kualitas pendidikan masa depan. Guru sebagai sumber informasi dalam proses pembelajaran, tentunya memiliki tanggung jawab paling besar dalam upaya mengefektifkan pengajaran pendidikan jasmani. Efektivitas pembelajaran pendidikan jasmani di SD tercermin dalam keterlibatan siswa selama dan setelah pembelajaran itu berakhir. Hyland (1990:51) dalam Husdarta (2009:56) memaparkan, “The essence of good teaching in physical education is that the kids should enjoy the experience and choose to continue to participate in activity when school is over.” Pernyataan tersebut memiliki makna bahwa esensi dari pengajaran pendidikan jasmani yang baik adalah siswa harus dapat menikmati pengalaman dan memilih untuk melanjutkan keterlibatannya dalam aktivitas tersebut di luar jam pelajaran.
Secara profesi menurut Husdarta (2009:57) guru dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, yaitu: (1) memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, (2) memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, dan (3) mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya. Ketiga hal tersebut menjadi landasan utama dalam menentukan kualifikasi guru dalam konteks pendidikan di sekolah.
Jadi, kedudukan guru Penjas dalam proses belajar mengajar khususnya di SD sangatlah sentral. Setiap guru Penjas di SD perlu mengetahui, memahami, dan menghayati prinsip-prinsip pengelolaan pembelajaran. Lebih dari itu, keteram­pilan dan kiat penerapan prinsip-prinsip Proses Belajar Mengajar (PBM) itu sangat menentukan pencapaian efektivitas pengajaran pendidikan jasmani. Hyland (1990:51) memaparkan mengenai karakteristik guru yang berkinerja baik dalam PBM hendaknya mampu melakukan kegiatan belajar pendidikan jasmani dengan tingkat kesulitan yang sedikit. Selain itu juga, efektivitas pembelajaran pendidikan jasmani sangat ditentukan oleh kemahiran guru dalam merumuskan tujuan. Menurut Rusli Lutan (1998:6), “Bagi kebanyakan guru pendidikan jasmani, perumusan dan penentuan tujuan sering dianggap memakan waktu.” Dalam PBM, guru harus selalu memperhatikan dan melaksanakannya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkannya, karena tujuan memiliki kaitan erat dengan materi, metode, dan evaluasi.
Dikaitkan dengan tujuan jangka panjang pendidikan jasmani, yaitu agar anak aktif di segala bidang, maka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani diharapkan efektif di SD dan mampu menumbuhkan hasrat pada siswa untuk terus belajar dan mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan di luar jam sekolah dan kelak dilaksanakan di sepanjang hayatnya.
Kondisi rendahnya kinerja guru pendidikan jasmani saat ini menjadi satu keprihatinan yang perlu disikapi dalam konteks pembelajaran, karena dapat berdampak terhadap rendahnya disiplin dan hasil belajar siswa itu sendiri. Masalah rendahnya kinerja guru pendidikan jasmani di sekolah dasar telah menjadi pembahasan utama dalam Kongres dunia pendidikan jasmani di Berlin, Jerman pada tahun 1999. Sebagaimana yang dipaparkan Rusli Lutan (1999:1) bahwa, “Pendidikan jasmani mengalami ancaman dan tekanan yang serius dengan berbagai pertanda seperti dipandang sebagai bidang studi yang dikepinggirkan dan tidak penting bagi karier”.
Rendahnya kinerja guru tersebut, berdasarkan hasil survai pada tingkat global lebih disebabkan beberapa indikasi, seperti yang dikemukakan Rusli Lutan (1999:1) yaitu: “Mulai dari alokasi waktu yang terbatas, kelangkaan infrastruktur, kualifikasi tenaga yang  tidak sesuai, hingga biaya yang sangat minim.” Untuk menciptakan lingkungan, Husdarta (2009:71) mengemukakan empat kompetensi guru, yaitu: (a) mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, (b) mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya, (c) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah,  teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya, dan (d) mempunyai keterampilan mengajar. Lebih lanjut menjelaskan tiga kompetensi guru pendidikan jasmani yang profesional, yaitu: (a) memiliki pengetahuan mengenai pendidikan jasmani dan kesehatan, (b) memiliki keterampilan dalam berbagai cabang Penjas yang akan diajarkan di sekolah, dan (c) memiliki kemampuan untuk mengelola dan mengevaluasi perilaku siswa ke arah yang positif untuk meraih keberhasilan dalam belajar.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidikan di sekolah dan kualitas belajar siswa sangat ditentukan oleh kinerja guru dalam proses pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa efektifitas pembelajaran dapat dicapai ketika guru dapat melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab dan bersungguh-sungguh dan sebaliknya pengajaran di kelas akan tidak efektif jika guru-guru dalam melaksanakan tugas kurang bertanggungjawab dan kurang bersungguh-sungguh. Kinerja guru tercermin dari kualitas guru dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar, dan melaksanakan bimbingan dan pelatihan. Jika guru telah melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar, maka proses pembelajaran di kelas akan berlang­sung dengan maksimal. Pada gilirannya akan meningkatkan prestasi belajar siswa sebagai wujud dari kualitas pendidikan pada tingkat sekolah.
Pengelola pendidikan dituntut mengerti dan menyadari akan pentingnya kinerja guru dalam proses pendidikan. Selanjutnya perlu menganalisis faktor-faktor strategis yang mempengaruhi kinerja guru Penjas, yaitu penghasilan guru dan teknologi pembelajaran, merupakan sebagian dari sejumlah faktor yang dapat menentukan kinerja guru Penjas.
Penghasilan guru merupakan salah satu cermin tingkat kesejahteraannya dan juga merupakan salah satu faktor yang selalu terkait dengan tinggi rendahnya kinerja guru. Besar kecilnya penghasilan guru memiliki pengaruh terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan dasarnya. Jika kebutuhan dasar guru tidak terpenuhi dari penghasilan yang diterimanya maka guru akan mencari pekerjaan lain dengan maksud mendapatkan tambahan penghasilan, akibatnya pekerjaan pokok guru terlupakan. Kondisi tersebut tentu saja dapat menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan. Dengan demikian penghasilan guru dapat berpotensi mempengaruhi kualitas belajar siswa.
Teknologi pembelajaran merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan kinerja guru dan kualitas belajar siswa. Melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) terutama teknologi informasi, sekat-sekat kehidupan manusia menjadi sirna. Dunia seakan-akan menjadi satu (placeless society), tidak ada lagi yang dapat ditutup-tutupi. Apa yang terjadi di tempat lain, pada saat yang bersamaan dapat diketahui tanpa harus ada di tempat kejadian. Teknologi komunikasi telah menolong penyebaran ilmu pengetahuan dan pengembangan serta pemanfaatannya untuk peningkatan mutu kehidupan. Kemajuan teknologi komunikasi telah membantu umat manusia mengenal ilmu pengetahuan dengan lebih mudah, lebih cepat, lebih banyak dan lebih up-to-date. Oleh karena itu, saat ini dan pada masa yang akan datang  teknologi informasi dan komunikasi sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas belajar siswa.
Dalam masa seperti sekarang ini, dunia pendidikan termasuk di tingkat sekolah jangan terperangkap pada persoalan kuantitas saja akan tetapi kualitas pendidikan termasuk sudah menjadi perhatian utama pembangunan. Atas dasar itulah diperlukan penelitian tentang kualitas belajar siswa dengan memperhatikan kinerja guru Penjas sebagai faktor utamanya. Selanjutnya, perlu dikaji faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru Penjas antara lain: penghasilan guru, dan teknologi pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kinerja guru Penjas dengan judul: “Pengaruh penghasilan guru dan teknologi pembelajaran terhadap kinerja guru Penjas  SD Negeri di Kota Banjar.”

1.2.  Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
1.2.1.  Identifikasi Masalah
Kualitas belajar siswa sebagai sub sistem dari kualitas pendidikan secara umum merupakan suatu permasalahan yang sangat kompleks, mengingat mutu  belajar siswa itu merupakan muara dari seluruh komponen yang tergabung dalam sistem pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, kualitas hasil belajar tidaklah ditentukan oleh faktor tunggal, melainkan terdapat sejumlah faktor yang dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut antara lain guru, kurikulum, sarana-prasarana, biaya, sistem pengelolaan, iklim kerja, kesejahteraan dan siswa sendiri sebagai peserta didik, dan bayak faktor lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukmadinata (2006:7) yang menyatakan bahwa:
Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personalia, seperti adminstrator, guru, konselor, dan tata usaha yang bermutu dan profesional. Hal tersebut didukung pula oleh sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas, media, serta sumber belajar yang memadai, baik mutu maupun jumlahnya, dan biaya yang mencukupi, manajemen yang tepat, serta lingkungan yang mendukung.

Dari semua faktor tersebut, guru menempati posisi sentral, mengingat persoalan pokok dari kualitas hasil belajar berawal dari proses belajar mengajar. Menurut Sallis (2006:86) “Pada saat sebagian besar institusi pendidikan dituntut untuk mengerjakan lebih baik lagi, penting baginya untuk memfokuskan diri pada aktivitas utama yaitu pembelajaran”. Sejalan dengan pendapat tersebut Ahmad (2006:57), menyatakan bahwa “Dalam proses belajar mengajar faktor guru sangat menentukan. Gedung yang bagus dan cantik, megah, laboratorium yang lengkap dan kurikulum yang canggih sama sekali tidak ada artinya jika tidak ada guru yang berkualitas di depan kelas”. Pernyataan tersebut, kinerja guru Penjas menjadi variabel yang berpengaruh langsung terhadap penghasilan guru dan teknologi pembelajaran. Di samping itu, kinerja guru Penjas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: (1) tersedianya peralatan yang cukup; (2) adanya informasi yang baik; (3) terjadinya komunikasi yang baik; (4) kinerja kepemimpinan; (5) penghasilan yang mencukupi; (6) pekerjaan yang menantang untuk berkembang; (7) adanya rasa aman dan tenang (lingkungan). (Indrawijaya; 1988:72).
Berdarakan uraian tersebut, ternyata dapat diidentifikasikan bahwa kinerja guru Penjas menjadi variabel pokok yang berpengaruh terhadap penghasilan guru dan teknologi pembelajaran.
1.2.2.  Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang penelitian dan identifikasi masalah tersebut, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu “Bagaimana pengaruh penghasilan guru dan teknologi pembelajaran terhadap kinerja guru Penjas SD Negeri di Kota Banjar?” Rumusan masalah penelitian tesebut, dapat dirinci ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1.    Bagaimana gambaran secara deskriptif tentang penghasilan guru, teknologi pembelajaran dan kinerja guru Penjas SD Negeri di Kota Banjar?
2.    Seberapa besar pengaruh penghasilan guru terhadap kinerja guru Penjas SD Negeri di Kota Banjar?
3.    Seberapa besar pengaruh teknologi pembelajaran terhadap kinerja guru Penjas SD Negeri di Kota Banjar?
4.    Seberapa besar pengaruh penghasilan guru dan teknologi pembelajaran secara simultan terhadap kinerja guru Penjas SD Negeri di Kota Banjar?
1.3.  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi tentang pengaruh penghasilan guru dan teknologi pembelajaran terhadap kinerja guru Penjas SD Negeri di Kota Banjar. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.      Gambaran secara deskriptif penghasilan guru teknologi pembelajaran dan kinerja guru Penjas SD Negeri di Kota Banjar.
2.      Penghasilan guru terhadap kinerja guru Penjas SD Negeri di Kota Banjar.
3.      Teknologi pembelajaran terhadap kinerja guru Penjas SD Negeri di Kota Banjar.
4.      Penghasilan guru dan teknologi pembelajaran terhadap kinerja guru Penjas SD Negeri di Kota Banjar



1.4.  Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat secara teoretis dan praktis. Secara teoretis penelitian ini dapat  bermanfaat antara lain:
1.      Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: (1) menguji kembali beberapa teori yang berhubungan dengan masalah kinerja guru Penjas, penghasilan guru dan teknologi pembelajaran, (2) bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini; serta (3) pengembangan khasanah keilmuan yang berhubungan dengan kajian perilaku organisasi secara lebih luas dan (4) dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang relevan dan bahan kajian ke arah pengembangan konsep-konsep pengembangan kinerja guru Penjas yang mendekati pertimbangan-pertimbangan kontekstual dan konseptual, serta kultur yang berkembang pada dunia pendidikan dewasa ini.

2.      Manfaat Praktis
Manfaat penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut. ­
a.    Bagi guru, sebagai masukan dan evaluasi penyempurnaan dan perbaikan kinerjanya.
b.    Bagi kepala sekolah, (1) sebagai masukan dan evaluasi untuk penyempurnaan dan perbaikan akan kinerjanya, agar kualitas pendidikan meningkat; (2) untuk dijadikan pertimbangan secara kontekstual dan konseptual operasional dalam merumuskan pola pengembangan kinerja guru Penjas yang akan datang.
c.    Masukan bagi Dinas Pendidikan Kota Banjar (1) mengenai materi pengelolaan penghasilan guru  dan memberikan teknologi pembelajaran pada guru dalam upayanya meningkatkan mutu pendidikan dan peningkatan kinerja bagi para guru; (2) dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan kinerja guru dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.
d.   Bahan perbandingan bagi kepala sekolah dan Dinas Pendidikan Kota Banjar untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kinerja guru Penjas melalui pengembangan penghasilan guru  dan teknologi pembelajaran.
e.    Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian lanjut tentang model pengembangan penghasilan guru  dan teknologi pembelajaran  pada institusi pendidikan lainnya.
tuk... 2i